Jakarta - Tim Bencana Katastropik Purba berhasil menemukan temuan mengejutkan mengenai Gunung Padang, di kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Temuan awal menyebutkan bahwa situs Gunung Padang berasal dari 6.700 tahun silam atau 4.700 SM.
“Sampel hasil pengeboran yang diambil dari teras 5 di titik bor 2 dengan kedalaman 8 hingga 10 meter, hasilnya menunjukkan 11060 thn +/- 140 tahun Before Present, pMC = 26,24 +/- 0,40,” ujar Tim Bencana Katastropik Purba dan Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Dr. Boedianto Ontowirjo, dalam keterangan elektroniknya yang dikutip, Senin (5/3).
Temuan tersebut jika dikonversikan ke kalender saat ini, maka umur situs gunung Padang berkisar 10.000 SM. Dengan temuan tersebut maka situs gunung Padang, lebih tua dibandingkan dengan situs Giza yang terdapat di Mesir dan situs Machu Picchu di Peru.
Data Wikipedia menyebutkan, kompleks piramida Giza atau El-Gijah yang dibangun bangsa Mesir kuno sekitar 5000 tahun yang lalu memiliki luas area yang bisa disamakan antara jarak dari St Peter Roma, Katedral Florence di Milan sampai ke St. Paul di London, Inggris.
Gunung tua yang terdapat di atas lembah Urubamba di Peru yakni Machu Picchu dibangun pada sekitar tahun 1450 SM, tetapi ditinggalkan seratus tahun kemudian, ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan Kerajaan Inka.
Tim Bencana Katastropik Purba menggunakan uji carbon dating yang merupakan standar dari ilmu arkelologi untuk mengetahui benda purba. Penggalian dilakukan terhadap teras 5 situs gunung Padang itu. Hasil terbaru dari teras 5 titik bor 2 dengan kedalaman 8,1 meter sampai dengan 10,1 meter dari permukaan tanah.
Tim telah melakukan pengeboran di 2 titik. Saat melakukan pengeboran di Lubang Bor 1, dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm diselingi lapisan tanah.
Sewaktu coring menembus kedalaman 3 meter, dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal Sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal 1 meteran. Hamparan pasir ini diketahui merupakan batas teras yang menurut hipotesa Tim katastropik sebagai peredam guncangan gempa.
Kemudian pada kedalaman 4 meter ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Ketika pengeboran mencapai 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter.
“Disini banyak ditemukan serpihan karbon, diantaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 m yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan,” sebut temuan Tim Bencana Katastropik Purba.
Sedangkan bor kedua yang dilakukan di sebelah selatan Teras 5, menembus tanah. Tanah ini seperti tanah urugan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Saat mencapai kedalaman 8 hingga 10 meter, bor sepertinya menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luar biasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia.
“Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 m,” lanjut temuan tersebut.
Sejumlah ilmuwan telah mendiskusikan temuan ini saat seminat “Menguak tabir peradaban dan bencana katastropik purba di nusantara untuk memperkuat karakter dan ketahanan nasional” di Gedung Krida Bakti, Jalan Veteran, Jakarta, Selasa 7 Februari 2012.
Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief membantah pihaknya sengaja untuk menemukan keberadaan situs purba di Gunung Sadahurip di Garut dan Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.
Awalnya Tim Bencana Katastropik Purba dibentuk untuk mencari sumber-sumber gempa dan bencana dan gunung api yang tua. Penelitian tersebut telah dilakukan selama setahun terakhir. Adapun temuan sampingan adanya keberadaan bangunan purba di kedua situs megalitikum di kawasan Jawa Barat. (berbagai sumber/mas/asr)
“Sampel hasil pengeboran yang diambil dari teras 5 di titik bor 2 dengan kedalaman 8 hingga 10 meter, hasilnya menunjukkan 11060 thn +/- 140 tahun Before Present, pMC = 26,24 +/- 0,40,” ujar Tim Bencana Katastropik Purba dan Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Dr. Boedianto Ontowirjo, dalam keterangan elektroniknya yang dikutip, Senin (5/3).
Temuan tersebut jika dikonversikan ke kalender saat ini, maka umur situs gunung Padang berkisar 10.000 SM. Dengan temuan tersebut maka situs gunung Padang, lebih tua dibandingkan dengan situs Giza yang terdapat di Mesir dan situs Machu Picchu di Peru.
Data Wikipedia menyebutkan, kompleks piramida Giza atau El-Gijah yang dibangun bangsa Mesir kuno sekitar 5000 tahun yang lalu memiliki luas area yang bisa disamakan antara jarak dari St Peter Roma, Katedral Florence di Milan sampai ke St. Paul di London, Inggris.
Gunung tua yang terdapat di atas lembah Urubamba di Peru yakni Machu Picchu dibangun pada sekitar tahun 1450 SM, tetapi ditinggalkan seratus tahun kemudian, ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan Kerajaan Inka.
Tim Bencana Katastropik Purba menggunakan uji carbon dating yang merupakan standar dari ilmu arkelologi untuk mengetahui benda purba. Penggalian dilakukan terhadap teras 5 situs gunung Padang itu. Hasil terbaru dari teras 5 titik bor 2 dengan kedalaman 8,1 meter sampai dengan 10,1 meter dari permukaan tanah.
Tim telah melakukan pengeboran di 2 titik. Saat melakukan pengeboran di Lubang Bor 1, dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm diselingi lapisan tanah.
Sewaktu coring menembus kedalaman 3 meter, dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal Sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal 1 meteran. Hamparan pasir ini diketahui merupakan batas teras yang menurut hipotesa Tim katastropik sebagai peredam guncangan gempa.
Kemudian pada kedalaman 4 meter ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Ketika pengeboran mencapai 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter.
“Disini banyak ditemukan serpihan karbon, diantaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 m yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan,” sebut temuan Tim Bencana Katastropik Purba.
Sedangkan bor kedua yang dilakukan di sebelah selatan Teras 5, menembus tanah. Tanah ini seperti tanah urugan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Saat mencapai kedalaman 8 hingga 10 meter, bor sepertinya menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luar biasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia.
“Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 m,” lanjut temuan tersebut.
Sejumlah ilmuwan telah mendiskusikan temuan ini saat seminat “Menguak tabir peradaban dan bencana katastropik purba di nusantara untuk memperkuat karakter dan ketahanan nasional” di Gedung Krida Bakti, Jalan Veteran, Jakarta, Selasa 7 Februari 2012.
Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief membantah pihaknya sengaja untuk menemukan keberadaan situs purba di Gunung Sadahurip di Garut dan Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.
Awalnya Tim Bencana Katastropik Purba dibentuk untuk mencari sumber-sumber gempa dan bencana dan gunung api yang tua. Penelitian tersebut telah dilakukan selama setahun terakhir. Adapun temuan sampingan adanya keberadaan bangunan purba di kedua situs megalitikum di kawasan Jawa Barat. (berbagai sumber/mas/asr)
Sumber: http://erabaru.net/nasional/119-peristiwa/29678-mengejutkan-gunung-di-tanah-pasundan-berumur-10000-sm