Pada masa perang, ada seorang yang dibesarkan di negara Chu, aslinya dia berasal dari negara Yan, setelah semakin dewasa, dia selalu teringat kepada kampung halaman tempat dia dilahirkan, dia ingin berkeluarga di kampung halamannya sendiri, pada saat itu ketepatan ada seorang temannya yang ingin berniaga ke negara Yan, mereka berdua sepakat mengadakan perjalanan bersama ke negara Yan.
Setelah beberapa hari kemudian, mereka sampai disuatu tempat, temannya mengatakan bahwa mereka sudah sampai di negara Yan, segera akan sampai di kampung halamannya.
Setelah melanjutkan perjalanan beberapa saat kemudian, mereka melihat ada sebuah rumah adat, temannya berkata, “Lihat, dahulu ini adalah rumah adat leluhur kalian.” Dia melihat rumah adat tersebut sudah reyot hatinya merasa sangat sedih.
Akhirnya mereka sampai disebuah kuburan, temannya berkata, “ini adalah kuburan leluhur dan orang tua kamu.” Ketika dia melihat kuburan leluhur dan orang tuanya, dia tidak dapat membendung kesedihannya lagi, dia menangis dengan sedih, tetapi temannya yang berdiri disebelahnya malahan tertawa terbahak-bahak.
Dia sangat marah berkata kepada temannya, “Selama belasan tahun ini saya merindukan kampung halaman saya, hari ini setelah sampai disini, melihat rumah adat leluhur yang reyot, serta kuburan dari leluhur dan orang tua yang tak terurus, tahukah engkau saya merasa sangat sedih? Kenapa engkau tega menertawakan saya!”
Temannya berkata, “Aduh! Saya hanya bercanda dengan anda! Tempat ini sama sekali bukan negara Yan.” Setelah mendengar perkataan temannya, kesedihannya langsung sirna, didalam hati berkata, “Ini bukan kampung halaman saya, kenapa saya harus menangis demikian sedih?”
Mereka berdua melanjutkan perjalanan, setelah beberapa hari berlalu, mereka benar-benar sudah sampai di negara Yan, dia melihat rumah adat mereka, dan melihat kuburan leluhur dan orang tuanya, tetapi pada saat ini dia tidak merasakan apa-apa lagi, dia sangat tenang menerima kenyataan.
Kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, tidak tahan kepada godaan lingkungan merasa cemas dan tidak aman, tidak dengan cermat memperhatikan keberadaan orang serta benda disekitarnya, seperti orang diatas yang merindukan kampung halamannya, hanya berdasarkan beberapa perkataan yang diucapkan temannya, tidak dapat mengontrol emosinya menangis dengan sedih, manusia biasanya dikuasaikan oleh emosi yang berasal dari dampak ekternal, mereka tidak mengerti bahwa semua ini adalah sumber akal dari kecemasan tersebut. Bagaimana dapat menenangkan dan mengontrol kecemasan tersebut? Semua ini tergantung kepada hati manusia itu sendiri. (hui/ch)
Setelah beberapa hari kemudian, mereka sampai disuatu tempat, temannya mengatakan bahwa mereka sudah sampai di negara Yan, segera akan sampai di kampung halamannya.
Setelah melanjutkan perjalanan beberapa saat kemudian, mereka melihat ada sebuah rumah adat, temannya berkata, “Lihat, dahulu ini adalah rumah adat leluhur kalian.” Dia melihat rumah adat tersebut sudah reyot hatinya merasa sangat sedih.
Akhirnya mereka sampai disebuah kuburan, temannya berkata, “ini adalah kuburan leluhur dan orang tua kamu.” Ketika dia melihat kuburan leluhur dan orang tuanya, dia tidak dapat membendung kesedihannya lagi, dia menangis dengan sedih, tetapi temannya yang berdiri disebelahnya malahan tertawa terbahak-bahak.
Dia sangat marah berkata kepada temannya, “Selama belasan tahun ini saya merindukan kampung halaman saya, hari ini setelah sampai disini, melihat rumah adat leluhur yang reyot, serta kuburan dari leluhur dan orang tua yang tak terurus, tahukah engkau saya merasa sangat sedih? Kenapa engkau tega menertawakan saya!”
Temannya berkata, “Aduh! Saya hanya bercanda dengan anda! Tempat ini sama sekali bukan negara Yan.” Setelah mendengar perkataan temannya, kesedihannya langsung sirna, didalam hati berkata, “Ini bukan kampung halaman saya, kenapa saya harus menangis demikian sedih?”
Mereka berdua melanjutkan perjalanan, setelah beberapa hari berlalu, mereka benar-benar sudah sampai di negara Yan, dia melihat rumah adat mereka, dan melihat kuburan leluhur dan orang tuanya, tetapi pada saat ini dia tidak merasakan apa-apa lagi, dia sangat tenang menerima kenyataan.
Kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, tidak tahan kepada godaan lingkungan merasa cemas dan tidak aman, tidak dengan cermat memperhatikan keberadaan orang serta benda disekitarnya, seperti orang diatas yang merindukan kampung halamannya, hanya berdasarkan beberapa perkataan yang diucapkan temannya, tidak dapat mengontrol emosinya menangis dengan sedih, manusia biasanya dikuasaikan oleh emosi yang berasal dari dampak ekternal, mereka tidak mengerti bahwa semua ini adalah sumber akal dari kecemasan tersebut. Bagaimana dapat menenangkan dan mengontrol kecemasan tersebut? Semua ini tergantung kepada hati manusia itu sendiri. (hui/ch)
Sumber: http://erabaru.net/cerita-budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/29538-kampung-halaman-kampung-halaman-