Pada abad ke 17 terjadi peperangan antara Denmark dan Swedia. Peperangan inipun usai, pihak yang menang adalah Denmark.
Pada saat itu, seorang prajurit Denmark dengan kelelahan terduduk ditanah, ketika dia sedang bersiap-siap menggangkat termos minumnya meneguk air untuk melepaskan dahaga.
Tiba-tiba dia mendengar suara erangan, rupanya tidak jauh dari tempatnya dia melihat ada seorang prajurit Swedia yang terluka terbaring disana, matanya sedang menatap termos air yang ada ditangannya.
“Engkau lebih memerlukan air ini daripada saya,” kata prajurit Denmark sambil berjalan kearahnya, mengulurkan termos air kemulut prajurit Swedia yang terluka tersebut, tetapi prajurit Swedia ini malahan mengambil senjata tombaknya menusuk dia, sungguh beruntung sasarannya meleset, hanya tangannya yang terluka.
“Aduh! demikiankah engkau membalas saya.” Prajurit Denmark berkata, “Saya sebenarnya akan memberikan seluruh isi termos air ini kepadamu, sekarang saya hanya dapat memberikan kepadamu setengah saja.”
Kejadian ini akhirnya diketahui oleh Raja Denmark, dia lalu memanggil prajuritnya, bertanya kepadanya kenapa tidak membunuh prajurit Swedia yang tidak tahu membalas budi tersebut?, dengan santai prajurit ini menjawab, “Saya tidak ingin membunuh orang yang terluka.”
Cerita ini membuat kita melihat sisi lain dari manusia, ketika berada dihadapan seseorang yang tidak tahu membalas budi, hatinya dapat demikian toleran, ini adalah toleransi yang kedua kali, suatu sifat yang lebih mulia.(Minghuischool/hui/asr)
Pada saat itu, seorang prajurit Denmark dengan kelelahan terduduk ditanah, ketika dia sedang bersiap-siap menggangkat termos minumnya meneguk air untuk melepaskan dahaga.
Tiba-tiba dia mendengar suara erangan, rupanya tidak jauh dari tempatnya dia melihat ada seorang prajurit Swedia yang terluka terbaring disana, matanya sedang menatap termos air yang ada ditangannya.
“Engkau lebih memerlukan air ini daripada saya,” kata prajurit Denmark sambil berjalan kearahnya, mengulurkan termos air kemulut prajurit Swedia yang terluka tersebut, tetapi prajurit Swedia ini malahan mengambil senjata tombaknya menusuk dia, sungguh beruntung sasarannya meleset, hanya tangannya yang terluka.
“Aduh! demikiankah engkau membalas saya.” Prajurit Denmark berkata, “Saya sebenarnya akan memberikan seluruh isi termos air ini kepadamu, sekarang saya hanya dapat memberikan kepadamu setengah saja.”
Kejadian ini akhirnya diketahui oleh Raja Denmark, dia lalu memanggil prajuritnya, bertanya kepadanya kenapa tidak membunuh prajurit Swedia yang tidak tahu membalas budi tersebut?, dengan santai prajurit ini menjawab, “Saya tidak ingin membunuh orang yang terluka.”
Cerita ini membuat kita melihat sisi lain dari manusia, ketika berada dihadapan seseorang yang tidak tahu membalas budi, hatinya dapat demikian toleran, ini adalah toleransi yang kedua kali, suatu sifat yang lebih mulia.(Minghuischool/hui/asr)
Sumber: http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/30320-hati-yang-toleran